Awal Kenal FLP
Sebenarnya saya sudah mengenal FLP sejak kecil sebagai sebuah
komunitas penulis-penulis yang mencerahkan ummat dan sebagian besar mereka
anak-anak muda dengan talenta luar biasa. Dulu saya rutin baca majalah Annida
punya kakak, majalah yang isinya begitu digemari anak muda di zamannya kala
itu. Hampir semua penulisnya dari FLP, karena memang yang punya dedengkotnya
FLP mbak Asma Nadia yang notabanenya beliau adalah adik dari mbak Helvy Tiana
Rosa pendiri FLP.
Cikal Bakal FLP
Cabang Prabumulih
Saya ditawari bentuk FLP cabang dari wilayah Sumsel,
karena saya membuat KORPEN (KOmunitas Remaja PENa) yang sudah membukukan
antalogi cerpen dengan judul "Bidadari Tomboy". Namun untuk
launching, kami perlu mengundang penulis nasional tapi yang tidak berbayar
mahal (gratis kalau bisa) hehe...maklum kami belum ada kas waktu itu. Akhirnya,
jatuhlah pada pilihan mbak Azzura Dayana penulis nasional asli Palembang dan
bukunya sudah bertebaran dimana-mana (tercecer kali ya?). Beliau langsung
menawarkan untuk membentuk cabang dan beberapa bulan kemudian, beliau pula yang
melantik kami. Jadilah saya diamanahkan sebagai Ketua FLP cabang Prabumulih
(karena gak ada pilihan, secara saya paling tampan kala itu).
Pelantikan Kepengurusan
FLP cabang Prabumulih
Sang Pembelot
Usai dilantik, kami memiliki asa dan impian hebat. Tapi
penuh dengan tantangan dahsyat. Dari anggota angkatan pertama semula 20an
orang, kian hari kian susut. Emang tidak mudah menjadi ketua, ditambah ujian
satu orang anggota saya ada yang membelot. "Hah...pembelot?" terkejut
dengan pose close up. Iya, sepertinya dia terlalu merasa pintar dibanding
teman-teman lainnya, apalagi dibanding saya ketuanya. Ketika dia mengutarakan
maksud hendak keluar, dia berkata begini "Dak ado manfaatnyo begabung di
forum ini, dak ado ilmu yang aku dapet" persis masih jelas sekali dibenak
saya hingga sekarang (nulis sambil nangis...hiks...hiks).
Padahal, jujur saja saya sudah mengerahkan habis-habisan
ilmu, tenaga bahkan harta, dari mengundang penulis diluar yang berbakat untuk
pemateri. Semua karya sastra sudah disampaikan dari novel, cerpen, fanfiction,
fabel sampai puisi. Apalagi yang kurang kalau bukan ketiadaan hati untuk
membersamai didalamnya (ciyeeilee...). Belakangan saya tahu, kalau dia membentuk
komunitas menulis serupa dan dia menjabat sebagai ketuanya. Namun seperti
prediksi saya, tak bertahan lama. Sudah saya katakan tidak mudah jadi ketua.
Tapi, saya tetap menganggap dia sebagai sahabat, saya tetap mengundang dia
diberbagai kesempatan (bila sempat) membersamainya dalam FLP. Karena sejak awal
saya berprinsip "Apapun yang orang katakan tentang saya, saya tetap
mencintai orang itu."
Biarlah ini dijadikan pelajaran berharga untuk semua
pihak. Tapi saya pantang nyerah, agenda FLP tetap berjalan seperti biasa.
Ada Udang dibalik
Pempek
Mungkin istilah ini hanya wong Palembang yang fasih
menafsirkannya. Bukan rahasia umum lagi kalau disetiap keanggotaan FLP
dimanapun lebih banyak wanitanya dibanding laki-lakinya, betul kan? Setelah
saya otopsi, saya menemukan faktanya. Iya jelas, cewek itu suka nulis diary,
surat dan hal lain yang sifatnya romantisme. Sementara cowok hampir jarang,
paling kalaupun ada nulis di tembok, corat-coret badan (tatto). Jadi wajar,
kalau ada anggota cowok akan menjadi kumbang idaman bagi bunga-bunga. Nah,
hampir 90% anggota saya wanita dan ada satu orang yang nekat dan berani
"menggoda" saya, bahasa positifnya mengajak menikahlah. Dan saya
tetap profesional tidak mau dulu terjebak urusan asmara. Lalu saya jelaskan ke
dia, dia tidak terima dan mundur perlahan, tanpa kabar apapun, dia hilang bagai
ditelan Godzila (iiih...serem).
Dengan hilangnya satu per satu, saya bersyukur, berarti
Tuhan sedang menseleksi tim terbaik buat saya. Yang sekarang saya sebut tim
inti, tidak banyak hanya 7 orang yang solid, cukup buat saya untuk menggetarkan
Prabumulih.
Tim inti organisasi
FLP cabang Prabumulih
Beberapa kegiatan
FLP Cabang Prabumulih :
Bedah karya di tepian
anak sungai lematang
Refreshing cari ide
menulis di sungai duren
Dongeng Ceria & Bagi-bagi Majalah Anak
Gelar Taman Baca
Keliling di Taman Kota
Dalam setiap kesempatan Rakorwil Sumsel saya pastikan
membawa pasukan banyak. Sewa mobil ke Palembang (pakai uang saku sendiri) Oh
iya, jarak dari Prabumulih ke Palembang sekitar 2 jam/90 km. Pokoknya setiap
diundang, saya usahakan hadir dengan antusias. Mungkin itu yah, saya dinilai
sebagai FLP cabang Terbaik pada FLP Awards Sumsel tahun 2013. Pada tahun-tahun
pertama saya membangun kedekatan personal, kebersamaa dan winning team dulu, setelah itu melibatkan anggota pada aksi social,
meningkatan pemahaman keislaman serta peningkatan kualitas kepenulisan.
Mendapat FLP Award
cabang terbaik
Kini, tahun demi tahun terus berlalu. Dengan saya masih
menjabat ketua (bakal lama nih kalau belum ada kandidat penerus yang lebih
ganteng dari saya:narsis). Ibarat tumbuhan, kami sedang bertumbuh. Setiap awal
tahun, saya selalu membiasakan mengundang semua (termasuk mantan anggota atau yang hilang gak jelas, asalkan nomor hpnya
ada) untuk hadir duduk bersama membahas apa terget dan mimpi tahun ini.
Dengan begini, cita-cita FLP bukan hanya ada pada ketuanya saja melainkan semua
anggota terlibat aktif, lha wong mimpinya bersama jadi semangat mewujudkanya
pula mesti bersama-sama.
Alhamdulillah, tahun 2016 ini target cukup sesuai harapan
seperti PDKT dengan dinas perpustakaan daerah, berkat kunjungan rutin kami ke
perpusda dan pengenalan FLP itu sendiri.
Mengadakan Lomba Cerpen Nasional, di tahun ini pula kami
menjadi pelopor satu-satunya di kota nanas ini sebagai inisiator lomba menulis
cerpen pertama dengan tajuk "Sayembara Cerpen Seinggok Sepemunyian". Dari
event inilah akan kami cari cikal bakal anggota FLP Prabumulih untuk KCM
angkatan selanjutnya. Audensi dengan Pimpinan Koran Harian Prabumulih Pos, yang
salah satu tujuannya adalah meminta kerjasama keterlibatan FLP dalam mengisi
berbagai bentuk karya sastra yang bisa dimuat di koran. Alhamdulillah, hasil
audiensi ini disambut baik oleh pimpinannya langsung menawarkan kolom khusus cerpen
yang akan bekerja sama dengan FLP.
Ditengah pencapaian tersebut, sebenarnya impianlah yang
membuat saya dan teman-teman berjuang keras. Dengan berbagai keterbatasan,
kekurangan fasilitas (kelas mingguan kami masih nomaden) tapi justru membuat
kami tegar dan tulus. Karena belum tentu dengan semua fasilitas memadahi dan
akses mudah, seseorang atau sebuah organisasi bisa mencapai targetnya, belum
tentu. Sebagian besar malah lalai dan malas terlena fasilitas.
Suasana kelas cinta
menulis pekanan (tempat numpang-numpang)
Saya, teman-teman dan mimpi muluk di FLP sebenarnya tak
banyak, tapi sangaaaaat banyaaak...
Ingin Prabumulih
Dikenal
Sedih rasanya hidup dan besar bertahun-tahun di
Prabumulih. Tapi sumbangsih kami masih secuil di kota ini. Kami ingin kota kami
dikenal banyak orang, bukan cuma Palembang yang dikenal orang Jawa kalau
menyebut pempek. Prabumulih juga ada, malah lebih enak (ehem...)
Blog FLP
Prabumulih Jadi Rujukan
Ketika orang mengetik keyword "Prabumulih" maka
kami ingin pastikan blog http://flp-prabumulih.blogspot.co.id/ yang nomor wahid
berada di bar search egine. Dan orang bisa membaca berbagai apa saja seputar
Prabumulih. Dari tempat wisata, budaya, kekayaan alam dan tempat nongkrong
favorit dan itu semua ditulis oleh anak-anak FLP.
Memiliki Penulis
Lokal taraf Nasional
Belum adanya penulis nasional yang populer di kancah
dunia literasi asli dari Prabumulih. Ini membuat peluang dan semangat kami
begitu membara. Sebenarnya teman dan saya tentunya adalah penulis pemula yang
berbakat (he..he...). Hanya saja belum menemukan formulasi dan link yang tepat.
Diiringi tekad yang kadang masih kumat-kumat. Saya yakin, beberapa tahun
kedepan, buku-buku kami akan laris manis di pasaran dan lahirlah penulis hebat.
Penandatangan Buku
Antologi Cerpen tema Cinta
Saya sadar, seperti kata mbak Ummi Lailasari
(Penulis/Pengurus FLP wilayah Sumsel) FLP ini ibarat rumah kosong yang gelap,
kita hanya ditunjuki arah masuk rumah. Selebihnya kita yang aktif mencari, mana
ruang tamu, kursi, jendela dan mulai bersih-bersih sampai akhirnya jadi rumah
yang nyaman untuk kita berkarya dari sana. Dan jangan pernah lupa akan rumah
yang membesarkan kita.
Ingat kawan-kawan semua, jangan pernah lupa pada rumah
yang membesarkan kita. Dan tentunya kita ada untuk berkarya. Saya begitu yakin,
pengurus FLP pusat www.flp.or.id adalah orang-orang cerdas, yang mampu membaca kerumitan atau
masalah-masalah keorganisasian baik dari wilayah, cabang, sampai ranting.
Mereka orang-orang handal yang mampu menguraikan itu semua, membuat perencanaan
matang, lalu aktualisasi. Sehingga FLP kedepan sangat diperhitungkan dengan
kader sampai kepelosok desa sebagai kader yang kreatif lagi produktif berkarya
untuk bangsa dan negara.
Semoga FLP masih pantas sebagai hadiah dari Allah untuk
Indonesia (kutipan dari Taufiq Ismail) tentu kalau bukan kita siapa lagi, mari
menulis, mari mencerahkan!