Selamat Datang, Semoga banyak ilmu yang Anda dapatkan...

Minggu, 23 Oktober 2016

Saya dan Mimpi Muluk di FLP

"Impian adalah energi luar biasa yang menggerakkan seseorang mengarah ke tujuannya. Dan saya saban hari bernafas serta hidup bersama mimpi-mimpi itu". Sepenggal untaian kata yang terus membersamai saya. Bagi seorang yang  tidak punya apa-apa seperti saya, hanya impianlah yang bisa menyemangati menjalani hidup ini.

Awal Kenal FLP
Sebenarnya saya sudah mengenal FLP sejak kecil sebagai sebuah komunitas penulis-penulis yang mencerahkan ummat dan sebagian besar mereka anak-anak muda dengan talenta luar biasa. Dulu saya rutin baca majalah Annida punya kakak, majalah yang isinya begitu digemari anak muda di zamannya kala itu. Hampir semua penulisnya dari FLP, karena memang yang punya dedengkotnya FLP mbak Asma Nadia yang notabanenya beliau adalah adik dari mbak Helvy Tiana Rosa pendiri FLP.

Cikal Bakal FLP Cabang Prabumulih
Saya ditawari bentuk FLP cabang dari wilayah Sumsel, karena saya membuat KORPEN (KOmunitas Remaja PENa) yang sudah membukukan antalogi cerpen dengan judul "Bidadari Tomboy". Namun untuk launching, kami perlu mengundang penulis nasional tapi yang tidak berbayar mahal (gratis kalau bisa) hehe...maklum kami belum ada kas waktu itu. Akhirnya, jatuhlah pada pilihan mbak Azzura Dayana penulis nasional asli Palembang dan bukunya sudah bertebaran dimana-mana (tercecer kali ya?). Beliau langsung menawarkan untuk membentuk cabang dan beberapa bulan kemudian, beliau pula yang melantik kami. Jadilah saya diamanahkan sebagai Ketua FLP cabang Prabumulih (karena gak ada pilihan, secara saya paling tampan kala itu).

Pelantikan Kepengurusan FLP cabang Prabumulih

Sang Pembelot
Usai dilantik, kami memiliki asa dan impian hebat. Tapi penuh dengan tantangan dahsyat. Dari anggota angkatan pertama semula 20an orang, kian hari kian susut. Emang tidak mudah menjadi ketua, ditambah ujian satu orang anggota saya ada yang membelot. "Hah...pembelot?" terkejut dengan pose close up. Iya, sepertinya dia terlalu merasa pintar dibanding teman-teman lainnya, apalagi dibanding saya ketuanya. Ketika dia mengutarakan maksud hendak keluar, dia berkata begini "Dak ado manfaatnyo begabung di forum ini, dak ado ilmu yang aku dapet" persis masih jelas sekali dibenak saya hingga sekarang (nulis sambil nangis...hiks...hiks).

Padahal, jujur saja saya sudah mengerahkan habis-habisan ilmu, tenaga bahkan harta, dari mengundang penulis diluar yang berbakat untuk pemateri. Semua karya sastra sudah disampaikan dari novel, cerpen, fanfiction, fabel sampai puisi. Apalagi yang kurang kalau bukan ketiadaan hati untuk membersamai didalamnya (ciyeeilee...). Belakangan saya tahu, kalau dia membentuk komunitas menulis serupa dan dia menjabat sebagai ketuanya. Namun seperti prediksi saya, tak bertahan lama. Sudah saya katakan tidak mudah jadi ketua. Tapi, saya tetap menganggap dia sebagai sahabat, saya tetap mengundang dia diberbagai kesempatan (bila sempat) membersamainya dalam FLP. Karena sejak awal saya berprinsip "Apapun yang orang katakan tentang saya, saya tetap mencintai orang itu."
Biarlah ini dijadikan pelajaran berharga untuk semua pihak. Tapi saya pantang nyerah, agenda FLP tetap berjalan seperti biasa.

Ada Udang dibalik Pempek
Mungkin istilah ini hanya wong Palembang yang fasih menafsirkannya. Bukan rahasia umum lagi kalau disetiap keanggotaan FLP dimanapun lebih banyak wanitanya dibanding laki-lakinya, betul kan? Setelah saya otopsi, saya menemukan faktanya. Iya jelas, cewek itu suka nulis diary, surat dan hal lain yang sifatnya romantisme. Sementara cowok hampir jarang, paling kalaupun ada nulis di tembok, corat-coret badan (tatto). Jadi wajar, kalau ada anggota cowok akan menjadi kumbang idaman bagi bunga-bunga. Nah, hampir 90% anggota saya wanita dan ada satu orang yang nekat dan berani "menggoda" saya, bahasa positifnya mengajak menikahlah. Dan saya tetap profesional tidak mau dulu terjebak urusan asmara. Lalu saya jelaskan ke dia, dia tidak terima dan mundur perlahan, tanpa kabar apapun, dia hilang bagai ditelan Godzila (iiih...serem).

Dengan hilangnya satu per satu, saya bersyukur, berarti Tuhan sedang menseleksi tim terbaik buat saya. Yang sekarang saya sebut tim inti, tidak banyak hanya 7 orang yang solid, cukup buat saya untuk menggetarkan Prabumulih.
 
Tim inti organisasi FLP cabang Prabumulih


Beberapa kegiatan FLP Cabang Prabumulih :
 
Bedah karya di tepian anak sungai lematang

Refreshing cari ide menulis di sungai duren
 
Dongeng Ceria & Bagi-bagi Majalah Anak

Gelar Taman Baca Keliling di Taman Kota

Dalam setiap kesempatan Rakorwil Sumsel saya pastikan membawa pasukan banyak. Sewa mobil ke Palembang (pakai uang saku sendiri) Oh iya, jarak dari Prabumulih ke Palembang sekitar 2 jam/90 km. Pokoknya setiap diundang, saya usahakan hadir dengan antusias. Mungkin itu yah, saya dinilai sebagai FLP cabang Terbaik pada FLP Awards Sumsel tahun 2013. Pada tahun-tahun pertama saya membangun kedekatan personal, kebersamaa dan winning team dulu, setelah itu melibatkan anggota pada aksi social, meningkatan pemahaman keislaman serta peningkatan kualitas kepenulisan.

Mendapat FLP Award cabang terbaik

Kini, tahun demi tahun terus berlalu. Dengan saya masih menjabat ketua (bakal lama nih kalau belum ada kandidat penerus yang lebih ganteng dari saya:narsis). Ibarat tumbuhan, kami sedang bertumbuh. Setiap awal tahun, saya selalu membiasakan mengundang semua (termasuk mantan anggota atau yang hilang gak jelas, asalkan nomor hpnya ada) untuk hadir duduk bersama membahas apa terget dan mimpi tahun ini. Dengan begini, cita-cita FLP bukan hanya ada pada ketuanya saja melainkan semua anggota terlibat aktif, lha wong mimpinya bersama jadi semangat mewujudkanya pula mesti bersama-sama.

Alhamdulillah, tahun 2016 ini target cukup sesuai harapan seperti PDKT dengan dinas perpustakaan daerah, berkat kunjungan rutin kami ke perpusda dan pengenalan FLP itu sendiri.
Mengadakan Lomba Cerpen Nasional, di tahun ini pula kami menjadi pelopor satu-satunya di kota nanas ini sebagai inisiator lomba menulis cerpen pertama dengan tajuk "Sayembara Cerpen Seinggok Sepemunyian". Dari event inilah akan kami cari cikal bakal anggota FLP Prabumulih untuk KCM angkatan selanjutnya. Audensi dengan Pimpinan Koran Harian Prabumulih Pos, yang salah satu tujuannya adalah meminta kerjasama keterlibatan FLP dalam mengisi berbagai bentuk karya sastra yang bisa dimuat di koran. Alhamdulillah, hasil audiensi ini disambut baik oleh pimpinannya langsung menawarkan kolom khusus cerpen yang akan bekerja sama dengan FLP.

Ditengah pencapaian tersebut, sebenarnya impianlah yang membuat saya dan teman-teman berjuang keras. Dengan berbagai keterbatasan, kekurangan fasilitas (kelas mingguan kami masih nomaden) tapi justru membuat kami tegar dan tulus. Karena belum tentu dengan semua fasilitas memadahi dan akses mudah, seseorang atau sebuah organisasi bisa mencapai targetnya, belum tentu. Sebagian besar malah lalai dan malas terlena fasilitas.

Suasana kelas cinta menulis pekanan (tempat numpang-numpang)

Saya, teman-teman dan mimpi muluk di FLP sebenarnya tak banyak, tapi sangaaaaat banyaaak...

Ingin Prabumulih Dikenal
Sedih rasanya hidup dan besar bertahun-tahun di Prabumulih. Tapi sumbangsih kami masih secuil di kota ini. Kami ingin kota kami dikenal banyak orang, bukan cuma Palembang yang dikenal orang Jawa kalau menyebut pempek. Prabumulih juga ada, malah lebih enak (ehem...)

Blog FLP Prabumulih Jadi Rujukan
Ketika orang mengetik keyword "Prabumulih" maka kami ingin pastikan blog http://flp-prabumulih.blogspot.co.id/ yang nomor wahid berada di bar search egine. Dan orang bisa membaca berbagai apa saja seputar Prabumulih. Dari tempat wisata, budaya, kekayaan alam dan tempat nongkrong favorit dan itu semua ditulis oleh anak-anak FLP.

Memiliki Penulis Lokal taraf Nasional
Belum adanya penulis nasional yang populer di kancah dunia literasi asli dari Prabumulih. Ini membuat peluang dan semangat kami begitu membara. Sebenarnya teman dan saya tentunya adalah penulis pemula yang berbakat (he..he...). Hanya saja belum menemukan formulasi dan link yang tepat. Diiringi tekad yang kadang masih kumat-kumat. Saya yakin, beberapa tahun kedepan, buku-buku kami akan laris manis di pasaran dan lahirlah penulis hebat.


   Penandatangan Buku Antologi Cerpen tema Cinta

Saya sadar, seperti kata mbak Ummi Lailasari (Penulis/Pengurus FLP wilayah Sumsel) FLP ini ibarat rumah kosong yang gelap, kita hanya ditunjuki arah masuk rumah. Selebihnya kita yang aktif mencari, mana ruang tamu, kursi, jendela dan mulai bersih-bersih sampai akhirnya jadi rumah yang nyaman untuk kita berkarya dari sana. Dan jangan pernah lupa akan rumah yang membesarkan kita.

Ingat kawan-kawan semua, jangan pernah lupa pada rumah yang membesarkan kita. Dan tentunya kita ada untuk berkarya. Saya begitu yakin, pengurus FLP pusat www.flp.or.id adalah orang-orang cerdas, yang mampu membaca kerumitan atau masalah-masalah keorganisasian baik dari wilayah, cabang, sampai ranting. Mereka orang-orang handal yang mampu menguraikan itu semua, membuat perencanaan matang, lalu aktualisasi. Sehingga FLP kedepan sangat diperhitungkan dengan kader sampai kepelosok desa sebagai kader yang kreatif lagi produktif berkarya untuk bangsa dan negara.

Semoga FLP masih pantas sebagai hadiah dari Allah untuk Indonesia (kutipan dari Taufiq Ismail) tentu kalau bukan kita siapa lagi, mari menulis, mari mencerahkan!