Selamat Datang, Semoga banyak ilmu yang Anda dapatkan...

Minggu, 18 Maret 2012

KAPAN NIKAH?


Pertanyaan yang acapkali menyesakki telinga seseorang di umurnya yang tidak muda lagi. Karena pertanyaan serupa tak pernah ia dengar kala masih TK (Taman Kanak-Kanak). Kadang kala ingin khilaf rasanya untuk balik bertanya, “Kapan mati?”
Rezeki, jodoh dan ajal adalah satu paket yang tak bisa diganggu gugat (takdir Tuhan Yang Maha Kuasa).

Ketika seseorang telah merencanakan matang-matang keinginannya untuk menikah, namun begitu banyak kendala yang menghadang dari berbagai sisi. Sedangkan, diluar sana banyak sekali pemuda yang sama sekali tak pernah merencanakan untuk menikah, malah duluan naik ke pelaminan. Apa hendak dikata? Sejak memahami hal inilah, saya tak pernah lagi menanyakan (lebih tepatnya menyindir) seorang teman, terutama yang lebih tua, dua susunan kata yang “menyesakkan” itu “Kapan Nikah?”

Secara pribadi seseorang yang sudah mampu secara psikologis, keilmuan dan materi sebenarnya ingin sekali juga tahu jawaban atas pertanyaan tersebut. Namun apa daya Tuhan masih merahasiakan waktunya. Dalam kondisi seperti ini yang diharapkan seorang joblowan/jomblowati di dunia adalah peran serta aktif memotivasi (bukan dalam bentuk demotivasi baik verbal maupun non verbal) dan solutif mencari jalan keluar atas permasalahannya (he,he, karena kebetulan saya dalam kondisi ini).

Hal ini memang butuh pendekatan intensif, sehingga orang luar tidak hanya tahu secara kulitnya saja melainkan faham hingga ke kambiumnya. Karena ada type orang yang butuh perlakuan khusus. Maksud saya, belum tentu konklusi (pemecahan masalah) untuk seseorang berlaku untuk orang lainnya. Menunjang ini juga, cara pandang orang diluar yang bersangkutan sebaiknya bisa pula mengkondisikan dirinya pada alam pemuda tersebut yang notabennya divonis siap nikah.

Ikhtiar harus dimaksimalkan, karena itulah esensi tawakal sebenarnya. Kalau perbaikan diri terus mengalami progress yang signifikan, maka yakinlah sejatinya kita telah menciptakan opportunity (peluang) untuk “menggugat” takdir kita sendiri. Namun, bila juga dari ikhtiar itu masih tidak ada hasil, tetaplah habiskan waktu guna interopeksi diri dimana celah kekurangan kita yang harus direkonstruksi sehingga tidak terjadi defisit kepercayaan diri selama masa penantian itu.

Menyerahkan segala kuasa pada Yang Maha Kuasa adalah hal yang paling akhir ditempuh setelah berusaha habis-habisan untuk segera menjawab pertanyaan kapan nikah itu. Positif thinkingnya pertanyaan “Kapan Nikah? Itu juga anggap saja sebagai bentuk perhatian teman atau sahabat kita yang sangat mencintai dan menyayangkan efisiensi umur kita. Nah, kita tidak perlu memayunkan mulut, mengerenyitkan dahi, tutup mata atau malah membuat jadwal nikah fiktif  ketika pertanyaan itu menggelegar di gendang telinga kita. So, ke depan kita sudah tahu harus menjawabnya apa ketika orang lain bertanya :
“Kapan Nikah?”
“Saat Kesiapan itu bertemu di titik Kesempatan”.


*embun FAJAR (09/03/2012)
Sengaja saya tulis guna menyuarakan isi hati baik pribadi maupun GBDP (Golongan Bujang Dalam Penantian) agar bisa mengambil positifnya buang negatifnya. Fresh your inside, make a fresh your outside….keep fight! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar